Berbagi ilmu organisai

  

 



Mulut Selalu Gampang Mengucapkan
Logika dan Retorika..????
Tapi apakah anda tahu..!!
Mari kita simak sedikit tentang logika dan retorika..
Logika
            Pikiran manusia pada hakikatnya selalu mencari dan berusaha untuk memperoleh kebenaran. Karena itu pikiran merupakan suatu proses. Dalam proses tersebut haruslah diperhatikan kebenaran bentuk dapat berpikir logis. Kebenaran ini hanya menyatakan serta mengandaikan adanya jalan, cara, teknik, serta hukum-hukum yang perlu diikuti. Semua hal ini diselidiki serta dirumuskan dalam logika.
            Secara singkat logika dapat dikataka sebagai ilmu pengetahuan dan kemampuian untuk berpikir lurus. Ilmu pengetahuan sendiri adalah kumpulan pengetahuan tentang pokok tertentu. Kumpulan ini merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penjelasan ini terjadi dengan menunjukkan sebab musababnya.
Logika juga termasuk dalam ilmu pengetahuan yang dijelaskan diatas. Kajian ilmu logika adalah azas-azas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir seperti itu, logika menyelidiki, merumuskan, serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Hal ini menunjukkan bahwa logika bukanlah sebatas teori, tapi juga merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek. Ini sebabnya logika disebut filsafat yang praktis.
            Objek material logika adalah berfikir. Yang dimaksud berfikir disini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berfkir, manusia mengolah dan mengerjakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan mengolah dan mengerjakannya ia dapat memperoleh kebenaran. Pengolahan dan pegearjaan ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan, serta menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lainnya.
Tetapi bukan sembarangan berfikir yang diselidiki dalam logika. Dalam logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena berfikir lurus dan tepat merupakan objek formal logika. Suatu pemikiran disebut lurus dan tepat, apabila pemikirn itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam logika.
Dengan demikian kebenaran juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan aman. Semua ini menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pegangan atau pedoman untuk pemikiran.
Macam-macam logika
Logika dapat dibedakan atas dua macam, namun keduanya tidak dapat dipisahkan.

a. Logika Kodratiah
Akal budi (pikiran) bekerja menurut hukum-hukum logika dengan cara spontan. Tetapi dalam hal-hal tertentu (biasanya dalam masalah yang sulit), akal budi manusia maupunn seluruh diri manusia bisa dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif. selain itu, perkembangan pengetahuan manusia sendiri sangat terbatas. Hal-hal ini menyebabkan kesesatan tidak terhindarkan. Walaupun sebenarnya dalam diri manusia sendiri juga ada kebutuhan untuk menghindari kesesatan tersebut. Untuk menghindari kesesatan itulah, dibutuhkan ilmu khusus yang merumuskan azaz-azaz yang harus ditepati dalam setiap pemikiran, yaitu logika ilmiah

b. Logika Ilmiah
            Logika ini membantu logika kodratiah. Logika ilmiah memperhalus dan mempertajam akal budi, juga menolong agar akal budi bekerja lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Dengan demikian kesesatan dapat dihindarkan, atau minimal bisa dikurangi dengan kadar tertentu. Logika inilah, yang dimaksud mempunyai hukum-hukum atau azaz-azaz yang harus ditepati.
            Dalam penyelidikan hukum-hukum logika, dapat diuraikan bahwa pemikiran manusia terjadi tiga unsur. Yaitu pengertian-pengertian atau kata, kemudian kata atau pengetian itu disusun itu sedemikian tupa sehingga menjadi keputusan-keputusan. Akhirnya keputusan-keputusan itu disusun menjadi penyimpulan-penyimpulan.

RETORIKA
            Retorika adalah suatu gaya/seni berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat alami (Talenta) dan keterampilan teknis. Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara secara lancar tampa jalan fikiran yang jelas dan tampa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat , daya kreasi dan fantasi yang tinggi ,teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Ber-retorika juga harus dapat dipertanggung jawabakan disertai pemilihan kata dan nada bicara yang sesuai dengan tujuan, ruang, waktu, situasi, dan siapa lawan bicara yang dihadapi.
            Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi atau memberi informasi). Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia. Oleh karena itu pembicaraan setua umur bangsa manusia. Bahasa dan pembicaraan ini muncul, ketika manusia mengucapkan dan menyampaikan pikirannya kepada manusia lain.
            Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, fikiran , kesenian dan kesanggupan berbicara. Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata – kata yang tepat, benar dan mengesankan . ini berarti orang harus dapat berbicara jelas, singkat dan efektif . jelas supaya mudah dimengerti; singkat untuk menghemat waktu dan sebagai tanda kepintaran ; dan efektif karena apa gunanya berbicara kalau tidak membawa efek ? dalam konteks ini sebuah pepatah cina mengatakan ,”orang yang menembak banyak, belum tentu seorang penembak yang baik. Orang yang berbicara banyak tidak selalu berarti seorang yang pandai bicara.”


Kesimpulan
                Sangat erat kaitan antara logika dan retorika dalam suatu pemahaman yang sama kita melihat ini sangata menjadi tolak ukur anda sebagai pemipin karna dengan retorika yang baik maka orng yang anda pimpin dapat melihat kredibilitas anda, jadi bukan hanya performan saja yang menjadi power dalam menjadi pemimpin. Hal terpenting dalam menilai orang yaitu dari cara mereka berretorika dalam kondisi memimpin apapun.
            Memahami secara teoritis atau praktis seorang peimpin dilihat dari dia beretorika yang bisa kita serap secara logika kita, hanya saja banyak dari sekian orang melihat dari performance para pemimpin tanpa melihat kredibilitas dan pengalaman yang dimiliki, jadilah orang yang melihat dan menyimpulkan bukan jadi sosok seseorang yang hanya menyimpulkan saja tanpa melihat hal yang terjadi.


By : Wapresma UNILAK
           

Idealisme Mahasiswa
Sejarah Indonesia adalah sejarah kehidupan mahasiswa. Generasi pemuda yang hampir selalu muncul sebagai penentu perubahan-perubahan besar dalam kehidupan bangsa. Soekarno telah menandai awal mula mahasiswa sebagai kehidupan bangsa dan menjadi penyalur antara rakyat dan penguasa sehingga menyebut dirinya “Penyambung Lidah Rakyat”. Belum lagi peristiwa 66, Malari, atau yang masih terngiang oleh kita, yaitu reformasi. Semua berbicara mengenai kehidupan bangsa dan mahasiswa.
Oleh sebab itu, tak berlebihan untuk mengatakan mahasiswa adalah calon pemimpin bangsa. Itu mingkin ada pada Anda atau saya. Bak sebuah padang pertempuran maka perguruan tinggi adalah embrional dari segala kehidupan bangsa, mahasiswa adalah elemen penting di dalamnya. Idealisme yang diagungkan seorang mahasiswa adalah sebuah harta benda yang bernilai. Barang berharga yang mungkin tak lagi dimiliki ketika lepas dari status mahasiswa. Idealisme mahasiswa mencerminkan idealisme calon pemimpin negeri ini kelak. Dengan segala transformasi pola pikir yang mewarnainya. Dekat dengan rakyat. Semua berawal dari kampus. Maka tak sungkan saya sebut, idealisme mahasiswa adalah idealisme hati nurani bangsa
/1/
Dalam khazanahnya, suatu hal yang ideal adalah suatu hal yang diluar jangkauan dunia real. Paradigma itu pula yang menyeret segelinitr mahasiswa yang idealis adalah mahasiswa yang egois: mahasiswa yang memiliki acuan tersendiri yang harus tercapai.
Kalau dirunut pada akar kata idealisme dan idealis! Idealisme bermula dari perkataan Plato tentang pandangannya yang ideal bahwa ide adalah esensi yang transenden yang melatari setiap realitas yang ada di luar sehingga ide menjadi realitas yang fundamental. Pandangan tersebutlah yang memunculkan beragam teori seperti Berkeley dengan pandangan idealisme subjektivnya yang menekankan bahwa keberadaan ide harus bersandar pada akal. Lalu, ada Kant dengan transenden idealisme yang melihat bahwa ide adalah sesuatu yang transenden dalam pikiran kita. Hegel kemudian mencoba mensitesiskan keduanya sehingga menyebutkan kalau ide adalah esensi dari alam dan alam adalah keseluruhan jiwa yang diobjektivkan. Secara garis besar bahwa idealisme itu haruslah berawal dari akal, meskipun terkadang tidak rasional.
Saat ini, idealisme atau idealis yang kita dengar adalah yang jauh berbeda dari muasal kata. Idealisme seakan berbicara sebuah pandangan seorang akan sebuah aliran. Maka tak heran ada pandangan bahwa seserang dicap dengan idealismenya sebagai sosialis, agamis, kapitalis, atau liberal. Atau malah, sesuatu yang ideal hanya seperti sebuah mimpi yang jauh dari dunia real. Sehingga muncul banyak pertanyaan bagaimana cara mempertemukan idealisme dengan realita. Sehingga dalam dunia mahasiswa antara idealisme dan realita seperti teman seiring yang bersimpang jalan.
Menurut KBBI definisi idealisme adalah ide.al.is.me
[n] (1) aliran ilmu filsafat yg menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar yang dapat dicamkan dan dipahami; (2) hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yg dianggap sempurna; (3) Sas aliran yg mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dengan kenyataan. Dan pengertian nomor dua adalah yang sering kita alami.

Di Indonesia hanya ada dua pilihan. Menjadi idealis atau apatis. Saya sudah lama memutuskan bahwa saya harus menjadi idealis, sampai batas-batas sejauh-jauhnya.(Soe Hok Gie)

     Mahasiswa sebagai sebuah diskursus menempatkan dirinya sebagai sebuah pemegang idealisme paling handal. Tak heran banyak kita dengar ucapan dari mahasiswa bahwa “Idealisme saya adalah harga mati dan tak akan saya jual demi apapun.” Idealisme bagi mahasiswa bukanlah sekadar dunia ideal yang begitu dalam akan teori dan mengambang di realita. Idealisme mahasiswa adalah pertengahan di antara keduanya. Pertemuan itu dijembatani oleh kesadaran moral mahasiswa yang dekat dengan rakyat dan sadar akan peran dan posisinya di negeri ini.
Dengan idealisme pula lah mahasiswa dapat berjalan sesuai dengan rel perjuangan yang telah dipilih. Rel perjuangan itulah yang telah menjadi warna dalam perjuangan mahasiswa. Namun, semua rel itulah yang akan menjadi jalan penghubung dan bertemunya sebuah idealisme mahasiswa yang otentik. Idealisme yang datang dari alam pikir dan alam semesta. Stasiun yang mempertemukan semua rel perjuangan adalah hati nurani bangsa. Sehingga pada dasarnya semua pergolakan yang kita lalui demi satu tujuan dan berawal dari satu alasan, yaitu rakyat. Inilah idealisme mahasiswa yang sejati.
Bukti idealisme kita sebagai mahasiswa bukan lagi ketika kita mampu mempertahankan apa yang ada dalam nilai ideal kita ketika berbenturan dengan realita; ungkapan dari Che Guevara cukup menjadi bukti: “Jika hatimu bergetar mellihat penindasan maka kau adalah temanku”. Buah idealisme bukanlah mempertanyakan apakah dia sosialis atau marxis/komunis. Seperti halnya kebingungan kita pada idealisme Gie yang condong pada isme apa, tapi kita semua sepakat bahwa idealisme Gie yang memperjuangkan rakyat kecil. Seperti kisah Gie yang menyaksikan seorang pengemis sedang makan kulit buah mangga. Gie mencatatakan dalam buku harian: Ya, dua kilometer dari pemakan kulit mangga, paduka kita mungkin lagi tertawa-tawa, makan-makan dengan istrinya yang cantik. Aku besertamu orang-orang malang. Idealisme adalah hal sederhana yang penuh makna.

Kemudian, mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa memiliki prakara utama dengan idealismenya. Sejauh mana dia mampu mendalami idealisme yang dipilihnya dan sejauh mana idealisme tersebut dapat dipertahankan ketika sudah jauh dari dunia mahasiswa? Konsistensi idealisme menjadi pokok bila memperhatikan banyak pemeo mengatakan idealisme itu cuma mainan mahasiswa saja. Ketika sudah tak lagi menjadi mahasiswa, idealisme tak perlu dipertahankan.
Padahal, idealisme itu adalah realita itu sendiri. Bukan berarti mahasiswa masih bisa beridealis dikarenakan mahasiswa adalah menjadi manusia yang bebas dan independen.  Tapi, adalah soal sejauh mana mahasiswa memahami idealisme yang dipilihnya. Kedalaman inilah yang akan memengaruhi keterkaitan dengan dunia luar kampus yang kelak pemimpin bangsa dipegang oleh mereka yang dulunya mahasiswa. Bukan berdalih beda posisi beda situasi. Dulu saya mahasiswa saatnya mengkritik sekarang menjadi pejabat berganti saatnya dikritik. Idealisme jauh dari syak wasanga posisi dan peranan. Idealisme menuntut adanya sesuatu yang diperjuangkan. Menuntut adanya konsistensi perjuangan dan tidak pragmatis dengan keadaan. Dengan idealismelah arah pergerakan menuju sesuatu yang dinginkan terlihat jelas dan terarah.
Mahasiswa adalah manusia yang dinobatkan sebagai cendekia. Individu yang setidaknya telah memiliki cap idealisme   pada sosoknya ketika tersemat status mahasiswa. Idealismenya adalah agen prubahan ‘agent of change’, kekuatan moral ‘moral force’, dan agen control sosial ‘agent of control social’.
Saah satu yang patut diperhatikan mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa adalah sebuah idealisme dasar. Agen perubahan dan agen control sosial harus dipahami bukan sakadar idealisme mahasiswa tetapi juga mennjadi idealisme sebuah individu. Idealisme yang harus dipegang sampai kapanpun dan tak terpengaruh dengan status mahasiswa.
Mengenai pemahaman pun seorang mahasiswa harus memahami idealisme sebagai sebuah bentuk perjuangan yang dipilih. Yang berorientasi pada rakyat dan menuju keadilan. Pemahaman yang utuh menjamin adanya minimalisasi distorsi pemaknaan terhadap idealisme yang dipegang, teruatam setalah lepas dari mahasiswa.
Selain pemahaman yang utuh dan konsistensi idelisme mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa adalah idelisme sebagai direct of change. Fungsi yang seharusnya ada dan diperhatikan. Selama ini kita terjebak oleh mitos dari Soe Hok, yaitu “kalau tidak mau dikritikbiar kami mahasiswa yang menjabat dan Anda menjadi mahasiswa yang mengawasi. Tapi, mahasiswa pun perlu menjadi pengarah berjalannya perubahan. Reformasi seakan mandeg bisa jadi karena tidak ada perna mahasiswa dala mengarahkan. Tak mau masuk dalam dunia perjuangan baru di parlemen karena takut di cap mencari sanjungan atau menjual idealisme.
     “Seorang Cowboy datang ke sebuah kota dan horison yang jauh. Di kota ini sedang merajalela perampokan, perkosaan dan ketidakadilan. Cowboy ini menantang sang bandit berduel dan ia menang. Setelah banditnya mati penduduk kota yang ingin berterima kasih mencari sang cowboy. Tetapi ia telah pergi ke horison yang jauh. Ia tidak ingin pangkat-pangkat atau sanjungan-sanjungan dan ia akan datang lagi kalau ada bandit-bandit berkuasa.” (catatan seorang demonstran)
     Cerita dari Gie memang relevan dengan keadaannya pada masa itu yang banyak dinatar temen-temannya terjun ke parlemen dan menjual idealisme yang dulu dijunjung tinggi. Saat ini, gerakan mahasiswa tidak melulu menjadi koboi. Tidak harus menjadi pihak luar yang berjarak dengan masalah seperti menara air. Pun perlu kelak masuk dalam masalah dan pemecah di dalam.
Biar bagaimanapun idealisme mahasiswa adalah bekal idealisme kita sebagai calon pemimpin bangsa. Perubahan pun tak akan berubah hanya karena idealisme semata. Namun, perlu gerakan dari idealisme kita. Pun demikian yang diucapkan Gie, “Patriotisme tidak akan lahir dari hipokrisi dan slogan.” Hidup Mahasiswa. Idealisme mahasiswa adalah idealisme hati nurani bangsa.

Trick-trick cara berorganisasi

 


    Efektifnya suatu organisasi adalah sekretariatan yang merupakan sentral komunikasi organisasi agar efesiennya suatu kinerja. ini bukan sebuah tuntutan tapi sebuah kewajiban yang harus kita jalanni,

Manusia tidak bisa hidup sendiri di dunia ini. Dia harus berinteraksi dengan orang lain. Mengapa demikian? Karena manusia itu makhluk sosial. Dia secara individual merupakan bagian dari orang lain. Maka, mau tidak mau kita sebagai manusia harus srawung dengan orang lain. Salah satu cara berhubungan dengan orang lain adalah melalui organisasi. Melalui organisasi, kita mampu mengolah diri dengan benar, baik secara naluriah maupun fitrah. Bukti telah banyak di depan mata. Orang-orang yang sukses sebagai pemimpin, pengusaha, atau status sosial yang mapan lainnya, pasti dulunya mereka pernah mengenyam pahit manisnya berorganisasi. Mereka banyak makan asam garam dalam organisasi itu.
Sebut saja Gus Dur salah satunya. Mengapa organisasi demikian penting bagi kita, terutama di zaman yang mendunia (global) saat ini? Itu tidak lain karena dalam berorganisasi kita akan terasah dan terlatih untuk hidup berjamaah dengan orang lain, baik suka maupun duka. Di suatu organisasi itulah tercampur secara alamiah berbagai perilaku dan sifat masing-masing anggota. Ada yang egois, namun ada pula yang sosial. Ada yang pendiam, tapi ada pula yang cerewetnya minta ampun. Nah, dalam kebersamaan di organisasi itulah, akan terbentuk secara alami manusia yang sempurna dalam arti psikologis. Yakni, manusia yang mampu kapan saatnya menempatkan posisi dirinya sebagai individu dan kapan pula dia harus lebih mementingkan kepentingan organisasi demi kepentingan bersama pula. Untuk mencapai nikmatnya manfaat berorganisasi itu memang butuh proses yang panjang dan lama.
 Tidak bisa kita hanya berorganisasi dalam beberapa bulan lalu menuntut kematangan pribadi seperti yang diuraikan tersebut. Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana cara-cara berorganisasi yang baik. Berikut beberapa cirinya. Pertama, organisasi harus memiliki anggota yang jelas identitas dan kuantitasnya. Untuk saat ini, setiap organisasi yang modern pasti menuntut para anggotanya memiliki KTA (kartu tanda anggota). Maka, tidak dibenarkan istilah ”Romli” atau “rombongan liar” yang merupakan kumpulan dari ”Talap” alias “anggota gelap” dari sebuah ”OTB” singkatan dari “organisasi tanpa bentuk”. Kedua, organisasi harus memiliki pula identitas yang jelas tentang keberadaannya dalam masyarakat. Artinya, jelas di mana alamat kantornya. Tampak pula aktivitas sehari-hari kantor tersebut dalam menjalankan roda organisasi. Ada pula nama, lambang, dan tujuan organisasi yang termuat dalam AD (anggaran dasar) dan ART (anggaran rumah tangga). Demikian pula struktur organisasinya. Masih banyak lagi yang bisa membuktikan keberadaan organisasi itu di mata masyarakat. Jika identitas tak jelas, maka jangan salahkan masyarakat bila menaruh curiga terhadap organisasi itu. Ketiga, organisasi harus memiliki pemimpin serta susunan manajemen yang juga jelas pembagian tugasnya. Masing-masing bagian, divisi, maupun seksi juga aktif memainkan perannya. Jadi, sangat ganjil dan dipastikan ”sakit parah” jika organisasi itu yang tampak paling aktif adalah ketuanya sehingga tampak seperti pertunjukan sirkus one man show dalam manajemen organisasi itu. Keempat, dalam setiap aktivitas organisasi harus mengacu pada manajemen yang sehat. Misalnya, ada tiga tahapan dalam menjalankan roda organisasi, yaitu planning (peren-canaan), action (pelaksanaan), dan evaluation (penilaian). Ketiga tahapan itu selalu dimusyawarahkan dan melibatkan sebanyak mungkin anggotanya, terutama saat melewati tahap action. Dalam manajemen itu, yang juga harus mendapat perhatian serius adalah administrasi. Surat bernomor, kop surat, dan ciri-ciri administrasi lainnya yang lazim ada di sebuah organisasi. Kelima, organisasi harus mendapat tempat di hati masyarakat sekitarnya Artinya, organisasi itu dirasakan benar manfaatnya bagi masyarakat. Maka, kegiatan organisasi dituntut untuk mengakar kepada kebutuhan anggota khususnya, bahkan untuk masyarakat di sekelilingnya. Jika kelima syarat organisasi sehat itu sudah ada, maka janganlah ragu untuk berkiprah di organisasi itu. Ikutlah secara aktif di dalam organisasi itu apa pun peran atau tugas yang diberikan ketua atau atasan langsung Anda. Ingatlah, sekecil apa pun peranan Anda di suatu organisasi dan Anda berhasil menjalankan amanat itu, berarti Anda memiliki andil dalam menghidupkan organisasi tersebut. Anda harus bangga bahwa ternyata Anda masih bermanfaat bagi organisasi. Itu juga berarti Anda bermanfaat bagi orang lain yang ada di organisasi. Kalau Anda sukses menjalankan tugas yang kecil tadi, pasti pemimpin Anda akan memberikan amanat yang makin besar dari waktu ke waktu. Bahkan, bukan suatu hal yang mustahil jika nanti Anda sendirilah yang memimpin organisasi itu. Modal pengalaman memimpin organisasi tadi pasti akan bermanfaat bagi Anda dalam terjun di organisasi kemasyarakatan yang lebih besar. Percayalah! Akhirnya, selamat berhikmat dalam organisasi. Semoga Anda menuai manfaat dari hikmat berorganisasi itu kelak bila hidup di tengah-tengah masyarakat, baik lingkup desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, negara, bahkan tingkat dunia. Amin.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

mantaaaap , ,posting pertama hahahaha

Posting Komentar